MyndfulAct Mendorong Pemimpin Perempuan Melalui program BRIlian Women Bersama IBCWE dan BRI
Mei 18, 2024 2024-05-20 11:00MyndfulAct Mendorong Pemimpin Perempuan Melalui program BRIlian Women Bersama IBCWE dan BRI
MyndfulAct Mendorong Pemimpin Perempuan Melalui program BRIlian Women Bersama IBCWE dan BRI
MyndfulAct Mendorong Pemimpin Perempuan Melalui program BRIlian Women Bersama IBCWE dan BRI
Pada tanggal 1-3 Februari 2024, MyndfulAct berkolaborasi dengan IBCWE (Indonesia Business Coalition for Women Empowerment) memberikan pelatihan bertajuk Leading with Compassion bagi para perempuan pemimpin di Bank BRI. Pelatihan ini merupakan bagian dari pelaksanaan program BRIlian Women: Advancing BRIlian Women in Leadership, Empowering more Women Leaders yang diselenggarakan oleh BRI Corporate University. Materi disampaikan secara sinergis terkait topik tentang kesetaraan gender di tempat kerja dan mindful leadership (kepemimpinan dengan berkesadaran) yang berlandaskan rasa welas asih (compassion).
Menjadi seorang pemimpin, membutuhkan keahlian tertentu. Banyak yang meyakini bahwa menjadi pemimpin adalah ‘takdir’ seseorang saat dilahirkan. Padahal, seni kepemimpinan selalu dapat dipelajari oleh siapa pun. Betul, banyak pemimpin dunia yang dilahirkan dengan bakat kepemimpinan yang besar, namun tak terhitung juga mereka yang mampu menjadi pemimpin karena memiliki tekad dan niatan yang kuat. Mereka mempelajari ilmu kepemimpinan, menempa diri melalui berbagai pengalaman, sehingga mampu menjadi pemimpin yang mumpuni.
Para peserta dan pemateri di acara BRIlian Women
Kombinasi antara bakat serta keterampilan, seolah menjadi ramuan yang sempurna. Namun, semua itu tak berguna kala seorang pemimpin yang terlihat pintar, cerdas, strategis, dan berkharisma tidak memiliki kesadaran penuh atas keberadaan dirinya — kesadaran atas peran yang dijalani dalam hidup, kesadaran atas berelasi yang baik dengan sesama serta kesadaran atas dampak yang dapat ditimbulkan dari setiap pemikiran dan perilakunya. Pemimpin yang baik dan pantas diteladani adalah pemimpin yang walk the talk, punya kesadaran tinggi dalam berpikir dan bertindak. Pemimpin yang bijak adalah mereka yang memiliki kebijaksanaan hidup, senantiasa mampu untuk masuk ke dalam diri sebelum berjalan keluar.
Tantangan Pemimpin Perempuan
Secara sosial, peran pemimpin masih erat disematkan kepada laki-laki. Sebagai akibatnya perempuan pemimpin menghadapi berbagai tantangan. Perempuan dipandang tidak pantas menjadi pemimpin karena sifat-sifat feminin yang dibakukan oleh masyarakat dan seolah hanya melekat pada diri perempuan. Sifat feminin tersebut misalnya lemah lembut, emosional, baperan, teliti, penyabar, yang dianggap bukan kualitas yang cocok untuk menjadi pemimpin. Akibatnya perempuan yang berada di posisi pemimpin harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa dia juga mampu menjadi pemimpin, sama seperti rekannya yang laki-laki.
Menjadi perempuan yang juga berperan sebagai pemimpin dalam kehidupan professional maupun sosial, nyatanya memiliki tantangan tersendiri yang tak jarang menghantar perempuan kepada ‘jebakan’ peran ganda. Masih banyak yang memandang bahwa ada pekerjaan atau pun peran yang dicap sebagai ‘bagiannya’ perempuan atau ‘bagiannya’ laki-laki semata. Padahal, hal tersebut tidak perlu juga disematkan baik kepada perempuan ataupun laki-laki karena ketika hal itu dilakukan, terjadilah bias gender. Sementara, banyak jenis pekerjaan yang bisa dikerjakan dengan baik, oleh laki-laki maupun oleh perempuan.
Dalam sesi yang membuka mata dan pikiran ini IBCWE memberikan pemahaman tentang konsep gender, ketidakadilan gender dan interseksionalitas yang sering terjadi di dunia profesional serta bias gender yang sering terjadi di keseharian kita namun tidak disadari, baik oleh perempuan maupun laki-laki. Ketidakpahaman yang tidak disadari oleh para pemangku jabatan serta para pegawai terhadap ketidaksetaraan gender ini kerap kali merugikan para profesional perempuan di dalam menjalankan pekerjaannya serta dengan berbagai perannya di tatanan personal dan sosial. Materi ini diharapkan mampu membekali peserta pelatihan untuk memahami bahwa cara pikir, cara bertindak, dan cara kita merespon masalah, sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan privilege yang kita miliki.
Tuntutan bahwa perempuan adalah pihak yang bertanggung jawab untuk kerja-kerja perawatan di rumah tangga, berakibat pada beban tambahan pada perempuan (yang sering disebut dengan peran ganda), dan kemudian berdampak pada banyaknya perempuan yang sering mengalami kelelahan fisik dan mental. Terlalu besar energi yang harus dikeluarkan demi memenuhi tuntutan-tuntutan profesional sekaligus tuntutan-tuntutan sosial yang menancap kuat di pikiran masyarakat. Perempuan, yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga, kerap berada pada situasi yang harus mengharuskannya memilih antara karir dan keluarga.
Lalu, di tengah realita ketidaksetaraan gender yang terjadi ini, apa yang harus dilakukan para perempuan, (khususnya pemimpin perempuan) agar dapat menjalani perannya secara seimbang, harmonis dan tetap sehat jiwa raga? Menilik keadaan ini, maka memiliki kesadaran diri dalam menjalani berbagai peran, punya perspektif yang tepat tentang kesetaraan gender serta memahami pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental, dapat membantu para pemimpin perempuan dalam menjalankan perannya, sehingga dapat menjadi pemimpin yang mindful di manapun ia berada.
Pemimpin berkeSADARan (Mindful Leader)
Hanindita Setiadji menjelaskan mengenai mindfulness di depan para peserta BRIlian Women
MyndfulAct di dalam sesinya mengajak para peserta untuk memahami konsep hidup berkesadaran (mindfulness). Berlatih mindfulness melalui kegiatan-kegiatan sederhana yang dapat dilakukan di kehidupan sehari-hari akan menghantar kita pada kemampuan untuk berpikir secara jernih, melembut dengan kasih sayang, batin menjadi nyaman dan emosi dapat terkelola dengan baik sehingga kita akan mampu berwelas asih terhadap diri sendiri dan sesama. Berlatih jeda sejenak dari kegiatan, masuk dalam hening, dan menyadari napas yang masuk dan keluar adalah latihan termudah yang terbukti mampu membawa kepada kejernihan berpikir dan ketenangan batin.
Dalam praktek berjeda ini, peserta diajak masuk ke dalam diri untuk berefleksi, menyadari peran-peran yang dijalani selama ini sebagai pemimpin perempuan, merasakan emosi-emosi yang hadir, serta mengamati apa yang terjadi di tubuh ketika emosi-emosi tertentu muncul. Dari Latihan berjeda ini, peserta mendapatkan pemahaman bahwa tubuh, emosi dan pikiran semuanya saling terhubung dan saling mempengaruhi. Hal ini menyadarkan peserta tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental karena seringkali penyebab penyakit fisik adalah akibat dari pikiran dan emosi yang tidak harmonis serta tidak terkelola dengan baik. Maka, menyelaraskan tubuh, pikiran, dan emosi melalui kegiatan sesederhana bernapas dengan sadar dan benar dapat membantu pengelolaan pikiran dan emosi. Latihan ini dalam jangka Panjang akan berdampak baik bagi kesehatan fisik, mental serta perilaku kita terutama saat memberi respons terhadap berbagai situasi kehidupan.
Sejatinya, keseimbangan dapat dicapai selama kita menyadari segala sesuatu yang terjadi pada diri, dan menyadari apa yang terjadi di luar diri. Oleh karena itu, hidup berkesadaran sejatinya dimulai dari diri sendiri. Sadar diri akan membantu kita untuk bertindak lebih baik dan membawa kita pada relasi yang lebih harmonis dengan orang lain (sadar relasi). Hidup berkesadaran juga menghantar kita pada kesadaran atas dampak dari keputusan-keputusan yang kita ambil.
Tentu saja, bila kesadaran ini menjadi ‘gaya hidup’ yang berkesinambungan, maka seorang pemimpin yang hidup dengan berkesadaran, akan mampu menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis. Pengetahuan tentang kesetaraan gender pun akan memampukan para mindful leaders ini untuk membangun lingkungan kerja yang inklusif dan kondusif terutama dalam penerapan kesetaraan gender di tatanan profesional dan sosial.
Kontributor : MyndfulAct – IBCWE