Kenapa “Art Therapy” Tidak Sama dengan “Terapeutik Seni”: Penjelasan Etis untuk Publik

2150170952

Kenapa “Art Therapy” Tidak Sama dengan “Terapeutik Seni”: Penjelasan Etis untuk Publik

Ketika kamu mendengar istilah art therapy, kamu mungkin langsung membayangkan proses menggambar atau mewarnai untuk meredakan stres. Di saat yang sama, istilah terapeutik seni makin sering dipakai untuk menyebut aktivitas kreatif yang membantu seseorang merasa lebih tenang. Sekilas terlihat mirip, tetapi keduanya sebenarnya berada pada dua ujung spektrum yang berbeda, baik dari sisi tujuan, kompetensi, maupun tanggung jawab etis.

Di artikel ini, kami mengajak kamu melihat dengan jernih perbedaan art therapy dan art therapeutic, supaya kamu dapat memilih praktik yang paling aman dan sesuai kebutuhanmu.

1. Dua Ujung Spektrum: Klinis dan Self-Care

Art Therapy: Intervensi Klinis yang Terstruktur

Art therapy adalah layanan kesehatan mental yang dilakukan oleh terapis bersertifikasi. Prosesnya melibatkan pengetahuan psikologi, teori trauma, dan teknik intervensi yang sudah diuji secara ilmiah. Art therapy bekerja pada level yang lebih dalam: memori emosional, pola hubungan, trauma masa lalu, atau kondisi mental yang memerlukan keahlian profesional.

Penelitian klinis menunjukkan bahwa art therapy dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan mendukung pemulihan trauma secara signifikan (Haeyen et al., 2018, Arts in Psychotherapy).

Terapeutik Seni: Aktivitas Kreatif untuk Self-Care

Berbeda dengan itu, terapeutik seni adalah aktivitas seni yang menenangkan, dilakukan untuk merawat diri secara mandiri. Tidak ada diagnosis, tidak ada proses menggali trauma, tidak ada interpretasi simbol psikologis.

Contohnya:

  • doodling,
  • mewarnai pola,
  • journaling visual,
  • membuat kolase suasana hati,
  • latihan mindful art berbasis sensasi.

Aktivitas ini aman, non-klinis, dan cocok untuk self-care sehari-hari.

2. Risiko yang Sering Diabaikan: Tidak Semua Proses Seni Aman

Miskonsepsi yang paling sering muncul adalah gagasan bahwa menggambar selalu menyembuhkan. Faktanya, proses seni tertentu dapat memicu kembali memori emosional yang intens. Beberapa orang mungkin merasakan lonjakan kecemasan, kebingungan emosional, atau kilas balik yang tidak diharapkan.

Literatur klinis menunjukkan bahwa ekspresi visual dapat memunculkan memori emosional dengan cepat, terutama ketika menyentuh tema personal atau simbolik (Malchiodi, 2020).

Karena itu, art therapy tidak boleh dilakukan oleh fasilitator non-klinis. Keterampilan teknis seni tidak cukup untuk menangani respon emosional yang mungkin muncul.

3. Apa yang Aman dan Tidak Aman dalam Aktivitas Kreatif?

Aman untuk Self-Care (Terapeutik Seni)

  • Mewarnai mandala atau pola repetitif
  • Doodling sederhana tanpa tema emosional
  • Kolase untuk refleksi ringan
  • Journaling visual yang tidak menggali trauma
  • Zentangle atau mindful line drawing

Aktivitas ini bersifat non-invasif dan aman dilakukan sendiri.

Aman dengan Pendamping Non-Klinis (Fasilitator Seni)

  • Kelas mindful art
  • Workshop ekspresi diri dengan batasan jelas
  • Aktivitas seni yang fokus pada sensasi, warna, dan proses

Pendamping yang baik tidak akan:

  • menafsirkan simbol sebagai kondisi psikologis,
  • menggali trauma,
  • memberikan label mental.

Tidak Aman Tanpa Terapis Klinis (Hanya untuk Art Therapy)

  • Menggambar pengalaman masa kecil yang menyakitkan
  • Mengeksplorasi simbol-simbol trauma
  • Menjawab pertanyaan emosional mendalam melalui seni
  • Menggunakan karya seni untuk diagnosa atau analisis psikologis

Risiko seperti emotional flooding perlu dikelola dengan keahlian profesional (King et al., 2017, Journal of Applied Arts & Health).

4. Bagaimana Kamu Memilih yang Tepat?

Berikut pertimbangan yang dapat membantumu:

  • Jika tujuanmu adalah relaksasi, grounding, dan menenangkan diri
    Pilih: Terapeutik Seni / Mindful Art
  • Jika kamu membawa beban emosional yang dalam atau pola hidup yang sangat mempengaruhi keseharian
    Pertimbangkan: Art Therapy Klinis
  • Jika kamu ingin eksplorasi aman tanpa menyinggung memori yang belum siap kamu hadapi
    Pilih: Mindful art berbasis self-care

Memahami batasan bukan berarti kamu lemah. Justru itu bentuk tanggung jawab terhadap kondisi emosimu.

5. People Also Asked: Apakah Menggambar Termasuk Terapi?

Jawabannya tergantung konteks.

  • Menggambar sebagai cara menenangkan diri atau mengekspresikan suasana hati adalah aktivitas terapeutik seni, bukan terapi klinis.
  • Menggambar dalam proses terstruktur yang dipandu terapis bersertifikasi untuk mengatasi kondisi mental adalah art therapy.

Perbedaannya ada pada tujuan, kompetensi, dan ruang emosional yang disentuh.

Membedakan Agar Kamu Aman

Kreativitas memang menyembuhkan, tetapi konteksnya sangat menentukan. Dengan memahami perbedaan art therapy dan art therapeutic, kamu bisa memilih pendekatan yang aman, etis, dan sesuai kapasitasmu saat ini.

Jika kamu ingin praktik yang lembut, aman, dan tidak menggali area sensitif, kami siap menemanimu melalui berbagai kelas mindful art yang dirancang khusus untuk self-care. Dan ketika suatu saat kamu memerlukan dukungan lebih mendalam, kamu dapat melangkah ke ranah terapi klinis dengan pemahaman yang lebih matang tentang prosesnya.

Mulai dengan Praktik yang Aman di MyndfulAct

Kamu bisa memulai dari kelas-kelas berikut yang dirancang khusus untuk self-care tanpa menembus batas klinis:

  • Seni Mencintai Diri Sendiri
  • Mengatasi Tumpukan Stres dan Emosi
  • Mental Health 101
  • Seri Jin Shin Jyutsu

Setiap kelas dirancang untuk membantu kamu merawat diri tanpa tekanan, tanpa paksaan, dan tanpa menggali hal yang belum siap kamu buka.

Referensi

  1. Haeyen, S., van Hooren, S., van der Veld, W., & Hutschemaekers, G. (2018). Efficacy of art therapy in individuals with personality disorders. The Arts in Psychotherapy, 61, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.aip.2018.02.002

  2. King, R., Schwabsky, N., & Mace, R. (2017). Emotional processing in art-based interventions: Risks and recommendations. Journal of Applied Arts & Health, 8(3), 271–286. https://doi.org/10.1386/jaah.8.3.271_1

  3. Malchiodi, C. A. (2020). Trauma and Expressive Arts Therapy: Brain, Body, and Imagination in the Healing Process. Guilford Press.

 

Tinggalkan pesan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *