Art Therapy untuk Lansia: Menjaga Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup
Februari 26, 2025 2025-02-26 19:12Art Therapy untuk Lansia: Menjaga Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup

Art Therapy untuk Lansia: Menjaga Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup
Seiring bertambahnya usia, tantangan hidup pun berubah. Tak hanya fisik yang perlu dijaga, kesehatan mental juga menjadi aspek penting yang tak boleh diabaikan. Salah satu cara yang terbukti efektif dalam meningkatkan kesejahteraan emosional lansia adalah art therapy atau terapi seni. Melalui seni, lansia dapat mengekspresikan diri, mengurangi stres, serta meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Menurut penelitian oleh Stuckey & Nobel (2010), terapi seni memiliki dampak positif pada kesejahteraan emosional dan dapat membantu mengurangi gejala kecemasan serta depresi.
Apa Itu Art Therapy untuk Lansia?
Art therapy adalah bentuk terapi yang memanfaatkan seni sebagai sarana ekspresi, penyembuhan, dan peningkatan kualitas hidup. Terapi ini dirancang untuk membantu individu, termasuk lansia, dalam mengatasi berbagai tantangan emosional, psikologis, dan kognitif. Seni tidak hanya menjadi medium untuk menyalurkan kreativitas, tetapi juga sebagai alat komunikasi bagi mereka yang kesulitan mengungkapkan perasaan melalui kata-kata.
Melalui berbagai aktivitas seperti menggambar, melukis, mewarnai, hingga membuat kerajinan tangan, lansia dapat merasakan manfaat terapeutik. Misalnya, seorang lansia yang mengalami kesulitan berbicara akibat stroke bisa menggunakan seni untuk mengekspresikan perasaannya dengan melukis gambar yang mencerminkan suasana hatinya. Selain itu, aktivitas seperti menyusun mozaik atau membuat kolase dapat membantu melatih koordinasi tangan dan meningkatkan daya ingat, yang sangat berguna bagi mereka yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Sebuah studi oleh Kinney & Rentz (2005) menunjukkan bahwa terapi seni dapat meningkatkan keterlibatan sosial dan kognitif pada lansia dengan Alzheimer.
Art therapy bukan hanya sekadar kegiatan seni biasa, tetapi sebuah pendekatan yang terstruktur dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan emosional, mengurangi stres, dan memperkuat hubungan sosial. Dengan adanya terapi seni, lansia dapat tetap aktif secara mental dan emosional, serta merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekitar mereka.
Mengapa Art Therapy Penting untuk Lansia?
Usia lanjut sering kali membawa perubahan besar dalam hidup, seperti pensiun, kehilangan orang terkasih, atau keterbatasan fisik yang semakin meningkat. Semua ini dapat berdampak pada kesehatan mental lansia. Art therapy memberikan ruang bagi mereka untuk:
- Mengurangi stres dan kecemasan: Seni membantu menenangkan pikiran dan menciptakan rasa damai. Misalnya, seorang lansia yang sering merasa cemas karena hidup sendiri dapat merasa lebih rileks setelah mengikuti sesi mewarnai mandala, yang memiliki pola berulang dan efek menenangkan. Menurut Kaimal et al. (2016), aktivitas seni dapat mengurangi kadar kortisol, hormon stres dalam tubuh.
- Meningkatkan fungsi kognitif: Aktivitas kreatif merangsang otak dan dapat memperlambat proses demensia atau Alzheimer. Contohnya, seorang lansia dengan tanda-tanda awal gangguan kognitif dapat berlatih melukis dengan mengikuti pola sederhana, yang membantu meningkatkan daya ingat dan koordinasi mata-tangan. Studi oleh Rusted et al. (2006) menemukan bahwa terapi seni dapat meningkatkan perhatian dan kesejahteraan psikologis pada pasien demensia.
- Membangun rasa percaya diri: Lansia yang terlibat dalam seni merasa lebih produktif dan memiliki pencapaian yang membanggakan. Misalnya, seorang nenek yang dulunya gemar menjahit dapat mulai membuat kerajinan tangan sederhana seperti hiasan dari kain perca, yang kemudian dipamerkan di pusat komunitas lansia, memberinya rasa pencapaian.
- Mencegah rasa kesepian: Terapi seni yang dilakukan dalam kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial dan memperkuat hubungan dengan orang lain. Sebagai contoh, di sebuah panti jompo, diadakan kelas seni mingguan di mana para lansia dapat berbagi cerita sambil membuat kolase foto keluarga mereka. Hal ini menciptakan ikatan sosial yang lebih kuat dan mengurangi perasaan terisolasi.
Bagaimana Cara Melakukan Art Therapy untuk Lansia?
Tidak ada batasan khusus dalam art therapy. Setiap individu bisa memilih bentuk seni yang paling mereka sukai. Berikut beberapa ide kegiatan yang bisa dicoba:
- Melukis dan menggambar – Aktivitas ini membantu melatih koordinasi mata dan tangan serta meningkatkan fokus. Sebagai contoh, lansia yang memiliki tremor ringan akibat penuaan dapat mencoba menggambar dengan pensil atau cat air untuk membantu melatih kendali tangan mereka.
- Mewarnai – Pilihan yang lebih sederhana namun tetap efektif dalam menenangkan pikiran. Misalnya, seorang lansia dengan tingkat kecemasan tinggi bisa menggunakan buku mewarnai khusus dengan pola mandala yang dapat memberikan efek meditasi.
- Kerajinan tangan – Seperti merajut, membuat scrapbook, atau membuat kerajinan dari tanah liat. Contohnya, seorang kakek yang sebelumnya adalah seorang tukang kayu dapat membuat ukiran kayu sederhana untuk tetap merasa produktif dan bernostalgia dengan keahliannya.
- Kolase seni – Menggunakan potongan majalah atau kain untuk menciptakan karya seni yang bermakna. Sebagai contoh, seorang nenek bisa mengumpulkan foto-foto lama dan menggunakannya dalam proyek kolase sebagai cara mengenang masa lalu dan memperkuat ingatannya.
- Musik dan tari – Meskipun bukan seni visual, musik dan gerakan dapat menjadi bagian dari terapi seni yang menyenangkan. Misalnya, sesi menari ringan dengan lagu-lagu klasik yang mereka sukai dapat membantu meningkatkan kebugaran fisik dan suasana hati.
Apakah Art Therapy Harus Dilakukan di Bawah Bimbingan Terapis?
Tidak harus. Art therapy bisa dilakukan secara mandiri atau bersama keluarga tanpa harus diawasi oleh terapis profesional. Namun, pendampingan terapis bisa memberikan manfaat tambahan, seperti pemilihan teknik yang lebih sesuai dengan kondisi individu serta bimbingan dalam mengekspresikan emosi dengan lebih efektif.
Bagi lansia yang memiliki kondisi kognitif atau emosional tertentu, seperti demensia atau depresi, keterlibatan seorang terapis seni dapat membantu menciptakan pengalaman yang lebih bermakna dan terapeutik. Sebagai contoh, seorang lansia dengan gangguan kecemasan dapat dibantu dalam menciptakan pola seni yang berulang, yang memiliki efek menenangkan dan membantu mengelola stres. Menurut studi oleh Reynolds et al. (2000), terapi seni dapat membantu mengurangi gejala depresi pada lansia.
Namun, jika tujuan utama adalah rekreasi dan menjaga keseimbangan emosi sehari-hari, sesi art therapy dapat dilakukan di rumah dengan bahan sederhana seperti buku mewarnai, kanvas, atau bahan daur ulang untuk kerajinan tangan. Yang terpenting adalah menciptakan suasana nyaman, tanpa tekanan, dan membiarkan proses berkarya berlangsung secara alami untuk mendapatkan manfaat optimal.
Secara keseluruhan, art therapy merupakan pendekatan yang efektif dalam menjaga kesehatan mental dan kualitas hidup pada lansia. Dengan berbagai manfaatnya, mulai dari mengurangi stres, meningkatkan fungsi kognitif, hingga membangun interaksi sosial, terapi seni dapat menjadi solusi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi mereka yang menghadapi tantangan emosional dan fisik di usia lanjut. Melalui aktivitas kreatif seperti melukis, mewarnai, atau membuat kerajinan tangan, lansia dapat mengekspresikan diri secara lebih bebas, merasa lebih produktif, serta tetap terhubung dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, art therapy bukan hanya sekadar aktivitas seni, tetapi juga sebuah sarana untuk meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh. Oleh karena itu, penting bagi keluarga, komunitas, dan tenaga kesehatan untuk lebih mendorong penerapan terapi seni agar lansia dapat menjalani masa tua dengan lebih bahagia dan bermakna.
Kaimal, G., Ray, K., & Muniz, J. (2016). Reduction of cortisol levels and participants’ responses following art making. Art Therapy, 33(2), 74-80.
Kinney, J. M., & Rentz, C. A. (2005). Observed well-being among individuals with dementia: Memories in the Making, an art program, compared with other structured activity. American Journal of Alzheimer’s Disease & Other Dementias, 20(4), 220-227.
Rusted, J., Sheppard, L., & Waller, D. (2006). A multi-centre randomized control group trial on the use of art therapy for older people with dementia. Group Analysis, 39(4), 517-536.
Stuckey, H. L., & Nobel, J. (2010). The connection between art, healing, and public health: A review of current literature. American Journal of Public Health, 100(2), 254-263.