“Pulang ke Aku” Oleh: Seno Aji

artikel-pulang ke aku

“Pulang ke Aku” Oleh: Seno Aji

“Pulang ke Aku”

Oleh: Seno Aji

Sebagai teman bertumbuh, MyndfulAct berusaha hadir menemani siapapun yang sedang berproses menuju hidup berkesadaran, baik dalam bentuk acara festival, webinar, meditasi, hingga berbagi cerita dalam sebuah ruang yang diberi nama “Ruang Cerita”. Dan, tulisan ini adalah salah satu cerita dari teman MyndfulAct, Seno Aji yang bisa kita resapi untuk mengenal perjalanan ke dalam diri.

Saya percaya, setiap manusia memiliki kisahnya sendiri. Kisah-kisah tersebutlah yang kelak akan membentuk pribadi mereka di kemudian hari. Bagaimanapun kisah itu terjadi, semoga setiap manusia dapat mengambil pelajaran darinya. Menjadi lebih bijak, berhati-hati, juga tangguh, semoga. 

Saya mengenal MyndfulAct beberapa waktu yang lalu, berkat seorang perempuan yang penuh perhatian memperkenalkan saya pada komunitas ini. Yang kemudian menjadi salah satu dari sekian banyak rasa syukur saya atas kehadirannya. 

Awalnya, saya mengikuti tiap sesi tanpa ekspektasi, sekadar menemani dia berkegiatan. Namun, pertemuan pertama saya dan MyndfulAct meninggalkan kesan mendalam, sebuah ruang yang dipenuhi dengan kehangatan dan penerimaan. Fasilitator kami, dengan suaranya yang menenangkan, mengajak kami untuk duduk dalam lingkaran dan mulai dengan latihan pernapasan sederhana. Setiap napas terasa berat bagi saya yang skeptis, namun perlahan-lahan, ada sesuatu yang mulai terbuka dalam diri saya.

Saya adalah seseorang yang sempat merasa skeptis akan konsep-konsep mindful. Di setiap fase-fase krisis dalam hidup saya, sebisa mungkin saya menolak untuk memberi waktu untuk diri dan jiwa saya sendiri, toh selama badan masih sehat dan niat masih teguh, segala kesulitan yang saya hadapi akan dapat terlewati, pikir saya. Menurut saya dulu, memberi jeda untuk diri, memberi waktu untuk hati, dan memberi ruang pada jiwa tidak ada bedanya dengan istirahat. Anda minum kopi, menghisap cerutu, atau tidur akan berdampak sama dengan memberi perhatian lebih pada diri dan jiwa Anda.

Puncaknya hadir dalam bentuk sebuah fase dalam hidup saya; fase di mana pikiran sering berkecamuk seperti pertempuran yang tak kunjung usai.  Hari-hari saya dipenuhi dengan teror, membuat saya merasa gelisah dan takut tanpa alasan yang jelas. Kadang-kadang, saya merasa gugup tanpa tahu mengapa, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai di balik setiap sudut. Dalam kondisi seperti itu, saya seringkali mengabaikan perasaan tersebut, berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Saya mencoba menenangkan diri dengan cara-cara lama – menambah dosis alkohol, intensitas kopi, dan jumlah batang rokok yang saya hisap – namun semuanya terasa sia-sia, hanya menambah berat beban yang saya rasakan. Saya dipenuhi rasa takut, gelisah, dan seringkali saya tak memperdulikan adanya perasaan tersebut terjadi di diri saya. Segala masalah saya rasa datang di saat yang bersamaan dan enggan mengalah untuk bergantian. Baik itu perihal pekerjaan, finansial, keluarga, hingga asmara. Saya mengisolasi diri, berlari dan bersembunyi, tanpa sadar hal-hal tersebut semakin menambah nganga luka dalam diri saya.

Ngaji Diri

Saya sempat terjebak dalam ritus-ritus yang membuat saya meminta pada yang liyan selain Tuhan. Namun perjalanan itu kemudian saya coba hapus dengan kembali pada jalan yang baik yang telah diajarkan oleh Tuhan. Mengkaji, memahami, introspeksi, dan kemudian memikirkan apa yang seharusnya dilakukan adalah konsep dasar dari setiap ngaji. Dalam setiap proses ngaji, setiap kali saya duduk dalam keheningan, mencoba mendengarkan suara hati yang selama ini saya abaikan, saya mulai memahami apa yang sebenarnya saya cari. Ternyata selama ini saya abai pada apa yang terjadi di dalam diri saya setiap kali saya mengalami hari-hari yang berat. Alih-alih menghadapi kegelisahan dan ketakutan dengan kepala dingin, saya menambah zat-zat tak perlu dalam diri saya, yang ternyata tidak memberi saya dampak apapun untuk menghilangkan segala kecemasan dan kegelisahan yang ada. Namun, melalui proses ngaji ini, saya mulai menemukan kedamaian dalam kesederhanaan dan keheningan. Keheningan adalah sahabat lama saya, namun saya kini menghadirkan kesadaran dan kedamaian di dalamnya. 

Perlahan-lahan, saya mulai merasakan perubahan dalam diri saya. Kegelisahan dan ketakutan yang dulu selalu menghantui, kini berangsur-angsur berkurang. Saya mulai menemukan ketenangan dalam do’a, kedamaian dalam meditasi, dan kekuatan dalam iman. Perjalanan pulang ke diri saya sendiri mungkin tidaklah mudah, namun setiap langkah yang saya ambil membawa saya semakin dekat pada ketenangan dan keseimbangan yang selama ini saya cari.

Menuju Sembuh 

Beberapa waktu yang lalu, MyndfulAct mengadakan sesi dengan tajuk “Berkunjung, Bertasbih, dan Bertawaf ke Dalam Diri” bersama praktisi mindfulness Diwien Hartono, karena topik yang menarik dan sejalan dengan perjalanan tasawuf yang saya sempat pelajari, saya memutuskan untuk mengikuti tiap sesi dengan cermat. 

Saya sering membuat keputusan buruk dalam hidup saya, tapi mengikuti kelas MyndfulAct adalah salah satu keputusan yang dapat saya banggakan. Tempat di mana sebuah kolektif dapat menerima cerita dan orang baru secara damai, tenang, dan terbuka. Tempat di mana setiap orang dihargai dan merasa nyaman. Saya menikmati setiap sesi dengan khidmat dan tenang. Menyenangkan rasanya dapat berbagi dan berdiskusi dengan orang-orang yang mencari rupa kedamaian dan ketenangan yang sama. Banyak terima kasih yang saya ucapkan, dan tak banyak yang dapat saya tawarkan selain dukungan penuh dan do’a-do’a baik untuk setiap langkah yang teman-teman MyndfulAct lakukan.

Setiap perjalanan hidup adalah kisah yang penuh dengan pelajaran. Dalam setiap langkah, baik atau buruk, kita menemukan potongan-potongan diri yang mungkin selama ini tersembunyi. Mindfulness atawa ngaji diri bukanlah sekadar konsep, menurut saya hal itu adalah perjalanan untuk menemukan jati diri dan kedamaian sejati. Saya bersyukur atas setiap momen yang telah membawa saya kembali ke dalam diri saya yang sebenarnya. Setiap pengalaman, setiap rasa sakit, setiap kegelisahan, semuanya adalah bagian dari perjalanan pulang ini. Dan kini, saya tahu bahwa ketenangan dan kebahagiaan sejati tidak ditemukan di luar sana, tetapi di dalam diri kita sendiri. Pulang ke aku, pulang ke dalam diri, adalah perjalanan yang akan terus berlanjut, membawa kita semakin dekat pada kebijaksanaan dan kedamaian yang sejati.

 

Tinggalkan pesan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *