Bahagia Atau Sedih, Yang Sedang-Sedang Saja
Mei 4, 2023 2023-05-04 11:12Bahagia Atau Sedih, Yang Sedang-Sedang Saja
Bahagia Atau Sedih, Yang Sedang-Sedang Saja
Pernah enggak sih kamu merasa senang karena suatu hal lalu berharap kesenangan itu enggak akan hilang? Atau pernah enggak kamu merasa sedih banget seolah-olah kamu makhluk paling menderita seperti enggak ada harapan hidup? Bahagia, sedih, kecewa, marah, semua emosi ini adalah emosi-emosi yang memanusiakan kamu. Sudah sewajarnya kamu merasakan itu semua di keseharian. Akan tetapi, banyak dari kita seringkali melebih-lebihkan perasaan yang dimiliki. Padahal kalau kamu mau hidup dalam keseimbangan, kamu butuh mengalaminya dalam kadar yang sedang-sedang saja.
Yang akan kamu baca dari artikel ini:
- Merasakan emosi enggak perlu berlebihan karena dapat membuat kita menjadi pribadi yang reaktif
- Kesadaran adalah kunci regulasi emosi yang dapat mengantarkan pada stabilitas mental.
Daftar Isi:
- Merasakan emosi yang sedang-sedang saja
- Merasakan emosi butuh kesadaran
- Latihan micro stop untuk menjaga keseimbangan emosi
- Regulasi emosi = stabilitas mental
Merasakan emosi yang sedang-sedang saja
Emosi yang berlebihan enggak akan berdampak baik untuk kehidupanmu. Bahkan, merespon emosi secara berlebihan bisa membuat kamu menjadi pribadi yang reaktif, bahkan yang meledak-ledak. Ketika merespon rasa bahagia secara reaktif, kamu bisa-bisa lupa bahwa hidup ini enggak hanya soal bahagia. Akhirnya kalau setelah itu mengalami kesedihan, kamu bisa merasa hidup ini enggak adil karena hanya memberikan kebahagiaan sesaat. Padahal enggak mungkin dalam hidup cuma merasakan bahagia, kan?
Merespon emosi dengan cara reaktif bisa juga mengantarkan kamu pada hal-hal yang akan disesali di kemudian hari. Misalnya, seketika kamu dapat uang 1 miliar yang membuat kamu merasa bahagia banget. Saking bahagianya, kamu langsung membeli barang-barang yang kamu suka, makan mewah, traktir teman-teman, dan jalan-jalan ke luar negeri. Saking bahagianya, kamu lupa bahwa mungkin saja di kemudian hari kamu akan butuh uang itu untuk keadaan mendesak (karena hidup enggak cuma soal senang-senang). Inilah alasannya kamu butuh mengatur emosi dalam kadar yang sedang-sedang saja.
Merasakan emosi butuh kesadaran
Lalu, bagaimana bisa merasakan emosi tanpa perlu reaktif? Jawabannya adalah dengan menumbuhkan kesadaran supaya kita bisa mengubah pola pikir bahwa dalam hidup kita enggak bisa terus-terusan bahagia atau sedih. Semuanya akan silih berganti hadir dalam hidup kita. Kalau hari ini sedih, besok atau lusa mungkin kamu sudah enggak sedih lagi. Begitu pula kalau senang. Menyadari aturan kehidupan ini bisa membantu kamu meregulasi emosi sehingga enggak jadi orang yang meledak-ledak. Bayangkan kalau setiap hari kamu merespon emosi dengan cara reaktif. Bisa-bisa kalau sedang marah, kamu kehilangan teman atau anggota keluarga karena enggak bisa menahan emosi. Atau justru menyakiti diri sendiri karena gelap mata.
Latihan micro stop untuk menjaga keseimbangan emosi
Salah satu cara menumbuhkan kesadaran supaya enggak berlebihan merespon emosi adalah dengan micro stop. Secara sederhana micro stop adalah waktu untuk berhenti sejenak dalam keseharian setiap kali kita mau merespon suatu hal. Lalu gimana menerapkan micro stop untuk menjaga keseimbangan emosi?
Pertama, ketika satu emosi muncul, apa pun itu, berikan waktu pada diri untuk menyadarinya sambil mengatur napas.
Kedua, sadari emosi apa yang hadir, apakah senang, sedih, kecewa, marah, dan sebagainya. Sadari saja, enggak perlu direspon.
Ketiga, setelah disadari, coba pikirkan kembali bagaimana kamu mau merespon emosi tersebut. Apakah perlu dengan loncat kegirangan saat senang, menonjok tembok saat marah, atau berteriak di bawah bantal saat sedih?
Terakhir, dalam jeda itu coba ingatkan dirimu bahwa emosi yang dirasakan ini adalah wajar untuk dialami dan hanya terjadi di sini, kini. Mungkin besok kamu akan merasakan emosi ini lagi, mungkin juga enggak. Itu semua adalah bagian dari hidup.
Regulasi emosi = stabilitas mental
Jika kamu mau melatih diri untuk menyadari emosi-emosi yang muncul sehingga enggak memberikan respon yang reaktif, kamu bisa sekaligus belajar meregulasi emosi. Artinya, kamu sedang berlatih untuk menjaga stabilitas mental di berbagai situasi hidup yang enggak pasti. Tapi ingat, ya, untuk bisa punya stabilitas mental bukanlah hal yang instan. Kamu perlu terus berlatih meski sudah merasa bisa meregulasi emosi. Jadi, nantinya kamu merasa bukan lagi seperti latihan tapi seperti kebiasaan.