Laisa Kamislihi Syaiun: Maknanya dalam Mindfulness dan Spiritualitas Islam
Maret 18, 2025 2025-03-18 22:34Laisa Kamislihi Syaiun: Maknanya dalam Mindfulness dan Spiritualitas Islam

Laisa Kamislihi Syaiun: Maknanya dalam Mindfulness dan Spiritualitas Islam
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, sering kali kita terjebak dalam rutinitas yang melelahkan tanpa sempat merenungkan tujuan dan makna kehidupan. Islam menawarkan jalan untuk menemukan ketenangan melalui pemahaman mendalam terhadap konsep tauhid. Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menjadi landasan dalam memahami keesaan Allah adalah “Laisa kamislihi syaiun”, yang berarti “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya” (QS. Asy-Syura: 11). Ayat ini tidak hanya menegaskan keunikan dan kebesaran Allah, tetapi juga menjadi refleksi bagi kita dalam menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kepasrahan.
Makna Mendalam dari Laisa Kamislihi Syaiun
Frasa ini sering dijadikan rujukan dalam kajian keislaman karena memiliki makna yang sangat dalam. Secara harfiah, “Laisa kamislihi syaiun” menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang bisa dibandingkan dengan Allah dalam bentuk, sifat, maupun kekuasaan-Nya. Ini adalah pernyataan mutlak yang menegaskan bahwa Allah tidak dapat diserupakan dengan makhluk apa pun, baik dalam wujud fisik maupun esensi-Nya. Memahami ayat ini secara mendalam akan menuntun kita pada kesadaran bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah fana, sementara hanya Allah yang bersifat abadi dan Maha Sempurna.
Keterkaitan Ayat Ini dengan Mindfulness dalam Islam
Dalam Islam, konsep mindfulness atau kesadaran penuh tidak hanya sebatas teknik untuk mengelola stres, tetapi juga cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mindfulness dalam perspektif Islam melibatkan kesadaran bahwa Allah selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan kita. Dengan memahami bahwa Allah itu unik dan tidak dapat dibandingkan dengan apa pun, kita akan lebih mudah melepaskan keterikatan pada dunia dan fokus kepada ibadah serta introspeksi diri. Hal ini menciptakan ketenangan batin yang sejati, karena kita memahami bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Badri (2013), “Mindfulness dalam spiritualitas Islam berakar pada konsep muraqabah (kesadaran akan kehadiran Allah). Praktik ini mendorong umat Muslim untuk tetap sadar akan Allah dalam setiap momen, menyelaraskan tindakan dan pikiran mereka dengan kehendak ilahi. Mindfulness seperti ini menumbuhkan ketenangan batin dan melepaskan diri dari gangguan duniawi, memperkuat keyakinan akan keunikan dan kemahakuasaan Allah.”
Menemukan Ketenangan Batin melalui Pemahaman Keesaan Allah
Ketika kamu benar-benar menyadari bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang mutlak, segala kecemasan dan ketakutan terhadap dunia akan berkurang. Kita sering kali khawatir terhadap hal-hal yang berada di luar kendali kita—pekerjaan, kesehatan, hubungan, dan masa depan. Namun, dengan memahami makna Laisa kamislihi syaiun, kita menyadari bahwa tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada Allah, dan dengan berserah kepada-Nya, kita akan menemukan ketenangan sejati.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rassool (2015), “Konsep Islam tentang tauhid (keesaan Allah) menekankan bahwa Allah tidak dapat dibandingkan dan melampaui pemahaman manusia. Keyakinan ini memiliki implikasi psikologis yang mendalam, karena membantu individu mengembangkan ketahanan dan mengurangi kecemasan dengan mempercayai kebijaksanaan dan rencana Allah. Ayat Al-Qur’an ‘Laisa kamislihi syaiun’ berfungsi sebagai pengingat akan transendensi Allah, mendorong orang beriman untuk menyerahkan kekhawatiran mereka dan fokus pada pertumbuhan spiritual.”
Kekuatan Tawakkal dalam Memahami Ayat Ini
Tawakkal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah menjadi lebih kuat ketika kita memahami bahwa Allah Maha Sempurna dan tidak ada yang setara dengan-Nya. Keyakinan ini membentuk mentalitas yang lebih tangguh, di mana kita tidak mudah terguncang oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Dengan menyerahkan segala urusan kepada-Nya, kita tidak hanya membebaskan diri dari kecemasan yang berlebihan, tetapi juga membangun kepercayaan diri yang lebih kokoh karena kita yakin bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik bagi kita.
Langkah-langkah Praktis dalam Mengamalkan Ayat Ini
- Menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah – Ketika menghadapi kesulitan atau kebingungan, ingatlah bahwa Allah adalah sumber segala sesuatu dan hanya kepada-Nya kita bergantung.
- Melatih diri untuk bersyukur – Dengan memahami bahwa Allah tidak seperti makhluk yang bisa berubah atau mengecewakan, kita akan lebih mampu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan.
- Menghindari perbandingan yang tidak perlu – Karena Allah tidak bisa dibandingkan dengan makhluk-Nya, kita pun seharusnya tidak selalu membandingkan diri kita dengan orang lain, tetapi fokus pada perbaikan diri dan keikhlasan dalam beramal.
- Meningkatkan kesadaran dalam ibadah – Jadikan shalat, dzikir, dan doa sebagai sarana untuk merasakan kehadiran Allah yang Maha Agung dan tidak terbandingkan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Utz Aisha (2018), “Praktik mindfulness Islami, seperti dzikir (mengingat Allah) dan tafakkur (perenungan), merupakan bagian integral untuk mencapai kesejahteraan mental. Praktik-praktik ini didasarkan pada pemahaman bahwa Allah itu unik dan tidak dapat dibandingkan (Laisa kamislihi syaiun). Dengan menginternalisasi keyakinan ini, umat Muslim dapat menumbuhkan rasa syukur, kesabaran, dan kepuasan, yang penting untuk keseimbangan emosional dan pemenuhan spiritual.”
Spiritualitas yang Lebih Dalam Melalui Ayat Ini
Pemahaman yang mendalam terhadap Laisa kamislihi syaiun akan membawa kita pada kesadaran bahwa hubungan kita dengan Allah adalah sesuatu yang unik dan personal. Kita tidak perlu mencari Tuhan dalam bentuk-bentuk fisik atau menyerupai apa yang kita ketahui, karena Allah jauh lebih agung dari segala yang bisa kita bayangkan. Semakin kita merenungkan makna ayat ini, semakin kita memahami bahwa mengenal Allah bukanlah sekadar mengetahui sifat-sifat-Nya, tetapi juga menginternalisasi kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Menenangkan Hati dengan Mengingat Keunikan Allah
Saat kamu merasa gelisah, cemas, atau kehilangan arah, ingatlah bahwa Allah itu Maha Sempurna dan tak terbandingkan. Tidak ada masalah yang lebih besar dari kuasa-Nya, dan tidak ada kesulitan yang tidak bisa diselesaikan dengan pertolongan-Nya. Dengan fokus pada keunikan dan kebesaran-Nya, kamu bisa melepaskan beban pikiran dan menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh kepercayaan.
Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan tekanan, memahami konsep keesaan Allah menjadi kunci untuk menemukan ketenangan dan keseimbangan. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat fana, sementara hanya Allah yang abadi dan Maha Sempurna. Dengan menanamkan kesadaran bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya, kita dapat melepaskan keterikatan pada hal-hal duniawi dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya dengan penuh keyakinan. Konsep mindfulness dalam Islam sejatinya berakar pada muraqabah, yaitu kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan, yang pada akhirnya membawa ketenangan batin dan keteguhan iman.
Makna Laisa Kamislihi Syaiun dalam Mindfulness dan Spiritualitas Islam mengajarkan bahwa semakin kita memahami keunikan dan kebesaran Allah, semakin kita mampu menghadapi hidup dengan sikap tawakkal dan syukur. Dengan membangun kesadaran spiritual ini, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada-Nya, tetapi juga menemukan ketenangan sejati yang melampaui kecemasan dan ketakutan duniawi.
Badri, M. (2013). Mindfulness in Islamic spirituality. Journal of Religion and Health, 52(2), 354-362.
Rassool, G. H. (2015). The concept of Tawhid and its psychological implications. Journal of Muslim Mental Health, 9(1), 41-52.
Utz, A. (2018). Islamic mindfulness and mental well-being. International Journal of Islamic Thought, 13, 45-60.