Tari Sandjojo adalah seorang psikolog dan pendidik yang telah mendedikasikan 26 tahun hidupnya untuk membentuk sistem pendidikan yang lebih personal, manusiawi, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Sebagai Ketua Yayasan, Head of School dan Direktur Akademik di Sekolah Cikal, ia ikut membangun sekolah ini dari nol menjadi salah satu institusi pendidikan progresif di Indonesia yang menekankan pembelajaran berbasis kompetensi.

Menurut Tari, "Setiap anak memiliki benih untuk mengembangkan potensi yang unik." Filosofi ini mengakar kuat dalam setiap pendekatannya—baik dalam mendesain kurikulum untuk proses belajar di ruang kelas, kontribusi untuk kebijakan pendidikan, hingga dalam interaksinya dengan orang tua dan anak-anak.

Lulus summa cum laude dari profesi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan mendapatkan sertifikasi Professional Coach serta Women Entrepreneurship dari Cornell University, Tari mengembangkan pendekatan holistik terhadap pendidikan. Fokusnya bukan hanya pada akademik, tapi juga karakter, kreativitas, serta keterampilan abad 21.

Sebagai Founder Yayasan Matahati Kita Indonesia dan PT Matata Edukasi Inovasi, Tari juga aktif berinovasi dalam dunia edutech. Bersama tim-nya, ia meluncurkan Bantu Kerja — situs belajar magang untuk anak-anak SMA/SMK dan belajar kerja untuk mahasiswa dan dewasa muda. Saat ini pun sedang membangun situs My Good Companion yang membantu anak-anak muda melawan depresi berkepanjangan.

Di luar dunia akademik, Tari dikenal melalui kontennya yang membumi di Instagram @tarisandjojo, yang lewat kesehariannya membahas parenting positif yang dijalankan juga secara personal untuk anak-anaknya sendiri, literasi emosional yang dan kesehatan mental yang semuanya dikemas lewat kegiatan hidupnya sehari-hari. Ia percaya bahwa setiap anak berhak belajar dalam lingkungan yang aman secara emosional dan bermakna secara personal.

Dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Akreditasi Nasional (2023–2028), Tari turut mereformasi standar mutu sekolah di Indonesia, termasuk mendorong akreditasi sukarela sebagai bentuk kesadaran mutu pendidikan.

Menurut Tari, ketika anak-anak dibimbing dengan empati dan diberi ruang untuk tumbuh secara autentik, maka pendidikan bukan lagi sekadar transfer ilmu, tapi proses membentuk manusia seutuhnya.