Berdansa Dengan Perubahan

Cover artikel berdansa dgn perubahan

Berdansa Dengan Perubahan

Apa itu Perubahan ?

Apa yang abadi dan terus terjadi di dunia ini ?  Perubahan, adalah sesuatu yang abadi dan terus terjadi. Mengapa ?  Perubahan itu tak terelakkan. Sejatinya, kehidupan manusia di bumi sungguh lekat dengan perubahan. Mari diingat-ingat.  Sejak manuisa eksis di rahim ibu sebagai embrio hingga lahir sebagai jabang bayi adalah contoh paling mendasar bahwa manusia sejatinya berubah. Bila embrio tidak berkembang, maka artinya mati. Demikian pula saat menghadapi jalan kehidupan ini. Perubahan adalah situasi yang akan selalu hadir. Tanpa perubahan, mungkin kita masih ada di era purba. Bila tak beradaptasi, maka kita ada di posisi mandeg / berhenti.

Dalam skala yang lebih besar, kita sama-sama melihat, perubahan senantiasa terjadi dalam tingkatan global yang memberikan dampak pada kehidupan manusia. Tehknologi, Kebudayaan, Politik, Ekonomi dll.  Perubahan global terdekat yang baru saja kita alami adalah Pandemi Covid 19 yang telah menciptakan disrupsi luar biasa di segala bidang. Disrupsi terbesar ketika Pandemi adalah perubahan yang demikian massive di bidang tekhnologi.  Contoh paling jelas adalah bahwa hari ini kita hidup berdampingan dengan Artificial Intelligence.

Apakah Kita Bisa Berubah?

Di dalam prosesnya, perubahan seringkali tidak selalu menyenangkan sehingga banyak orang ‘enggan’ untuk berubah karena harus melalui jalan yang seringkali dianggap sulit. Pertanyaannya kemudian, sesungguh2nya kita itu BISA berubah atau MAU berubah? Menurut saya, BISA, pasti Bisa (meski kadang sulit).  MAU? Nah ini lah pertanyaan yang seringkali enggan dijawab. MAU atau TIDAK MAU sungguh menjadi pertanyaan yang perlu direnungkan sebelum menjawabnya bila tidak ingin terdengar sebagai pembenaran. Pengalaman pribadi dan hasil observasi menunjukkan, seringkali perubahan tidak terjadi bukan karena tidak bisa tapi lebih kepada tidak mau melakukannya. Padahal, ketika perubahan dilihat sebagai jalan untuk menjadi manusia yang lebih baik, memberikan manfaat, membawa pada pertumbuhan diri, tentunya bukan sebuah kerugian kan?

Apa Penyebab Sulit Berubah?

Mengapa sedemikian sulit untuk membuat sebuah perubahan meskipun dari hal kecil ? Kecenderungan manusia saat harus berhadapan dengan perubahan adalah rasa takut.  Lalu, apa saja sih yang ditakutkan dari perubahan ?

  1. Keluar dari zona nyaman. Mereka yang terjebak di zona nyaman tanpa sadar menyikapi kegiatan MEMULAI SESUATU sebagai hal tersulit, padahal, there’s always the first time in everything.
  2. Tidak termotivasi dalam mengikuti gerak perubahan. Seringkali perubahan (harus) terjadi karena situasi yang ‘memaksa’. Beberapa orang membutuhkan ‘pemicu’ yang cukup menghantam diri untuk dapat termotivasi dan bergerak.
  3. Tidak mampu melihat ‘cahaya kesuksesan’ di ujung ‘lorong perubahan’. Dibutuhkan wawasan yang luas, optimisme serta inspirasi yang mampu menguatkan langkah untuk berjalan di Lorong perubahan.
  4. Overthinking. Terlalu memikirkan hal-hal yang belum terjadi. Akibatnya belum apa-apa sudah frustrasi.

 

 

Cara Menghadapi Perubahan

Jadi apa yang harus kita lakukan agar bisa ‘berteman’ dengan perubahan? Saya senang menggunakan analogi ini, berdansalah dengan perubahan. Mengapa berdansa ? Well, berdansa adalah sebuah kegiatan dinamis, menyenangkan, bikin hati gembira, dan melibatkan kreativitas. Maka bila cara berpikir, lingkungan sekitar bahkan dunia ini berubah, kita dapat menyikapinya seperti sedang berdansa, artinya ikut berdinamika mengikuti gerakan jaman, melihat dan melakukannya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menyehatkan, menjadikannya sebagai ajang untuk terus mengasah kreativitas tanpa henti. Rasanya kok penting ya memiliki ketrampilan ini.

Lalu, bisa mulai dari mana ya ? Banyaklah caranya. Membangun kebiasaan baru, bisa menjadi kick start. Tapi sebelumnya, coba cek-cek dulu ke dalam diri. MAU kah kita Berdansa dengan Perubahan ?  

Hanindita Setiadji – Co Founder & CEO MyndfulAct

Comments (1)

  1. Artha

    Betul sekali mbak, aku ingin share yang terjadi saat pandemi, kita semua dipaksa untuk berhenti. Sejujurnya sekarang, aku cukup berterima kasih dengan kejadi tersebut, pasalnya aku jadi belajar banyak hal, aku mulai mengenal yoga, meditasi dan sadar sakit migren yang aku alami bertahun-tahun lamanya. Dengan memberikan perhatian penuh pada tubuhku, mengenali apa yang aku suka dan tidak, yang ku butuhkan dan tidak, aku belajar, bahwa seringkali mata kita ingin tetapi tubuh kita tidak merasa perlu. Diperlukan kebijaksanaan untuk akhirnya berkata tidak atau iya.
    Bersyukur migren ku dapat sembuh. Sekarang aku mencari tahu, ilmu pengetahuan dan teori seperti apa yang mendasari kegiatan yang aku lakukan selama pandemi, kok bisa aku berubah seperti sekarang. Ternyata mindfulness adalah dasarnya. Aku sekarang sedang belajar bersama mindfulact lab dan sangat terbantu menjawab segala pertanyaan yang terjadi dalam hidupku.
    Aku berlatih supaya siap dengan segala situasi dan kondisi yang harus aku hadapi.

    Terima kasih mbak

Tinggalkan pesan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *